Labels

Selasa, 13 Maret 2012

Normalkah Anak Saya?


Sebagai orangtua, seringkali kita merasa kuatir dengan perkembangan buah hati kita. Apalagi akhir-akhir ini sedang ngetren suatu kelainan psikis pada anak, yang biasa disebut Autisme. Kenapa saya sebut ngetren? Karena berbagai macam media menampilkan mengenai autisme. Karena bila orang melihat ada sesuatu yang sedikit janggal pada si anak, langsung divonis “Autis kali.” Karena bahkan untuk hal yang tidak berhubungan dengan autis, misalnya ada orang yang main BB sampai lupa diri, pun dibilang autis.


Saking ngetrennya, sampai-sampai seorang praktisi kesehatan dengan gampangnya memvonis seorang anak autis. Sebut saja Ibu Dina, putranya Ari memang sedikit aktif, rasa keingintahuannya tinggi. Suatu hari Ari batuk, maka dibawanya Ari ke dokter. Begitu masuk ruang praktek, Ari langsung melihat-lihat, berjalan-jalan. Sang dokterpun langsung berkata, “Anak ibu autis kali ya. Kok ngga bisa diam.”              
Wah wah wah, saya sampai mengelus dada. Mana boleh seorang praktisi kesehatan dengan sembarangan membuat komentar seperti itu. 


Berikut adalah beberapa jenis kesulitan belajar (Learning Disabled) yang sering dikaitkan dengan autisme. Perlu diingat, LD bukanlah autisme, anak yang memiliki kesulitan belajar TIDAKLAH AUTIS. 

1.     Visual Perceptual Disability
Anak dengan kesulitan belajar tipe ini, melihat huruf dan abjad dalam posisi yang berbeda. Mereka bingung antara kiri dan kanan sehingga mereka melihat beberapa huruf secara terbalik. Misalnya, “d” menjadi “b”, “p” menjadi “q” dan seterusnya. Kondisi ini biasa disebut dyslexia.
Kondisi lainnya, hyperlexia, ditemukan pada beberapa anak (kebanyakan laki-laki) yang tampaknya dapat membaca sendiri pada usia 1,5 tahun sampai 2 tahun, tetapi tidak dapat mengerti apa yang mereka baca. Hyperlexia sering diasosiasikan dengan autisme. 

2.     Auditory Perceptual Disability
Anak yang menderita APD, mempunyai kesulitan membedakan suara sehingga apa yang mereka dengar, tidak sama dengan apa yang disebutkan atau dikatakan oleh si pembicara. Mereka kesulitan membedakan suara-suara dari berbagai sumber, sehingga mereka terlihat tidak pernah memperhatikan orang berbicara.

3.     Language Learning Disability
Anak yang menderita LLD mempunyai kesulitan berkomunikasi secara oral, ada juga yang kesulitan mengerti apa yang dikatakan atau dibicarakan kepada mereka. Mereka tidak dapat mengekspresikan pikiran dan berbicara dengan mudah dan jelas. Suara mereka juga terdengar aneh.

4.     Hyperactivity
Biasanya anak yang hiperaktif kesulitan mengontrol otot-otot dan aktivitas motor mereka, sehingga mereka selalu bergerak.

Memang wajar kalau sebagai orangtua kita merasa khawatir dengan perkembangan buah hati kita. Terkadang kekhawatiran itu sedikit berlebihan. Jadi, apa yang harus anda lakukan jika anda mencurigai sesuatu pada anak anda?
1.       Jangan pernah meminta pendapat dari teman, guru, ataupun dokter yang BUKAN ahlinya. Pendapat-pendapat tersebut malah akan membuat anda bertambah bingung. Lagipula mereka tidak berhak menilai apalagi memvonis seorang anak normal atau tidak.
2.        Cari informasi yang jelas dan terpercaya mengenai penyakit atau kelainan tersebut. Cari narasumber yang terpercaya.
3.       Catat ciri-ciri umum atau indikasi dari penyakit tersebut. Lalu perhatikan anak anda dengan seksama, apakah ciri-ciri tersebut terdapat pada anak anda.
4.       Bila dirasa perlu, temuilah ahlinya. Misalnya, psikolog anak yang memang berpengalaman menangani autisme atau kelainan psikis yang lain. Biasanya mereka akan melakukan serangkaian tes dan mengamati anak anda, sehingga mereka dapat membuat diagnosa yang tepat.
5.       Setelah mendapatkan informasi dan diagnosa yang tepat, barulah anda dapat berkonsultasi dan memilih terapi serta metode penanganan yang tepat untuk anak anda.


Jangan pernah memilih dan melakukan terapi sebelum anda mengetahui kondisi anak dengan pasti, karena hal itu malah dapat memperburuk kondisi anak.
Semoga bermanfaat untuk semua.

Regards,
Liana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar