Sebagai
orangtua, seringkali kita merasa kuatir dengan perkembangan buah hati kita.
Apalagi akhir-akhir ini sedang ngetren suatu kelainan psikis pada anak, yang
biasa disebut Autisme. Kenapa saya sebut ngetren? Karena berbagai macam media
menampilkan mengenai autisme. Karena bila orang melihat ada sesuatu yang
sedikit janggal pada si anak, langsung divonis “Autis kali.” Karena bahkan
untuk hal yang tidak berhubungan dengan autis, misalnya ada orang yang main BB
sampai lupa diri, pun dibilang autis.
Saking
ngetrennya, sampai-sampai seorang praktisi kesehatan dengan gampangnya memvonis
seorang anak autis. Sebut saja Ibu Dina, putranya Ari memang sedikit aktif,
rasa keingintahuannya tinggi. Suatu hari Ari batuk, maka dibawanya Ari ke dokter.
Begitu masuk ruang praktek, Ari langsung melihat-lihat, berjalan-jalan. Sang
dokterpun langsung berkata, “Anak ibu autis kali ya. Kok ngga bisa diam.”
Wah wah wah, saya sampai mengelus
dada. Mana boleh seorang praktisi kesehatan dengan sembarangan membuat komentar
seperti itu.
Berikut adalah
beberapa jenis kesulitan belajar (Learning Disabled) yang sering dikaitkan
dengan autisme. Perlu diingat, LD bukanlah autisme, anak yang memiliki
kesulitan belajar TIDAKLAH AUTIS.
1. Visual Perceptual Disability
Anak dengan kesulitan belajar tipe ini, melihat
huruf dan abjad dalam posisi yang berbeda. Mereka bingung antara kiri dan kanan
sehingga mereka melihat beberapa huruf secara terbalik. Misalnya, “d” menjadi
“b”, “p” menjadi “q” dan seterusnya. Kondisi ini biasa disebut dyslexia.
Kondisi lainnya, hyperlexia, ditemukan pada beberapa anak (kebanyakan
laki-laki) yang tampaknya dapat membaca sendiri pada usia 1,5 tahun sampai 2
tahun, tetapi tidak dapat mengerti apa yang mereka baca. Hyperlexia sering
diasosiasikan dengan autisme.
2.
Auditory
Perceptual Disability
Anak yang menderita APD, mempunyai kesulitan
membedakan suara sehingga apa yang mereka dengar, tidak sama dengan apa yang
disebutkan atau dikatakan oleh si pembicara. Mereka kesulitan membedakan
suara-suara dari berbagai sumber, sehingga mereka terlihat tidak pernah
memperhatikan orang berbicara.
3. Language Learning Disability
Anak yang menderita LLD mempunyai kesulitan
berkomunikasi secara oral, ada juga yang kesulitan mengerti apa yang dikatakan
atau dibicarakan kepada mereka. Mereka tidak dapat mengekspresikan pikiran dan
berbicara dengan mudah dan jelas. Suara mereka juga terdengar aneh.
4. Hyperactivity
Biasanya anak yang hiperaktif kesulitan mengontrol
otot-otot dan aktivitas motor mereka, sehingga mereka selalu bergerak.
Memang wajar
kalau sebagai orangtua kita merasa khawatir dengan perkembangan buah hati kita.
Terkadang kekhawatiran itu sedikit berlebihan. Jadi, apa yang harus anda
lakukan jika anda mencurigai sesuatu pada anak anda?
1. Jangan
pernah meminta pendapat dari teman, guru, ataupun dokter yang BUKAN ahlinya.
Pendapat-pendapat tersebut malah akan membuat anda bertambah bingung. Lagipula
mereka tidak berhak menilai apalagi memvonis seorang anak normal atau tidak.
2. Cari informasi yang jelas dan terpercaya
mengenai penyakit atau kelainan tersebut. Cari narasumber yang terpercaya.
3. Catat
ciri-ciri umum atau indikasi dari penyakit tersebut. Lalu perhatikan anak anda
dengan seksama, apakah ciri-ciri tersebut terdapat pada anak anda.
4. Bila
dirasa perlu, temuilah ahlinya. Misalnya, psikolog anak yang memang
berpengalaman menangani autisme atau kelainan psikis yang lain. Biasanya mereka
akan melakukan serangkaian tes dan mengamati anak anda, sehingga mereka dapat
membuat diagnosa yang tepat.
5. Setelah
mendapatkan informasi dan diagnosa yang tepat, barulah anda dapat berkonsultasi
dan memilih terapi serta metode penanganan yang tepat untuk anak anda.
Jangan
pernah memilih dan melakukan terapi sebelum anda mengetahui kondisi anak dengan
pasti, karena hal itu malah dapat memperburuk kondisi anak.
Semoga bermanfaat untuk semua.
Regards,
Liana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar