Labels

Rabu, 27 Juni 2012

Kefatalan Sekolah-sekolah dan Tempat Les di Palembang (semoga di kota lain tidak)

Di Palembang, akhir-akhir ini banyak sekali buka sekolah dengan embel2 "INTERNASIONAL" bermunculan.
Permasalahannya, apakah sekolah2 ini memang internasional school, bertaraf internasional, atau menggunakan kurikulum internasional? Coz they are different.

Banyak ortu tergiur dengan kata "internasional", berbondong2 mendaftar ke sekolah tersebut. Akhirnya mereka mendapati bahwa sekolah tersebut bukanlah sekolah internasional. Ada juga ortu yang tidak tahu atau tidak mau tahu, jadi walaupun kualitas sekolah tersebut jelek, mereka ga masalah, ok ok aja.

Akhir-akhir ini saya menemukan ada sekolah ngaku internasional yang gurunya mantan kasir, tentunya dengan kemampuan berbicara dan grammar Bahasa Inggris yang amburadul.
Ada juga sekolah ngaku internasional yang takut kehilangan murid, jadi walaupun ada murid yang suka memukul murid lain, oleh si guru tidak di hukum. Sampai akhirnya si mama bilang sama anaknya, "ya udah, kalau kamu dipukul lagi, balas aja."

Ada tempat les, yang mematok orang bule (native speaker), tapi grammar juga salah2. Eh ternyata si bule rupanya turis, bukan guru yang mempunyai background pendidikan.

Ada lagi tempat les, yang gurunya hobi mengurung anak di kamar mandi. Kalau ada anak baru, dan mrk belum terbiasa di tempat les itu, dan mereka menangis, maka anak yang nangis akan dikurung. Sampai si anak trauma dan tetap nangis2 tiap mau les. Salah satu anak yg les disana bilang gini: aku ngga nangis miss, makanya aku ngga dikurung.

Masih banyak lagi kefatalan2 lainnya.

Saya sadar, di Palembang, resources nya masih sangat kurang. Tapi seharusnya sekolah2 yang ngaku internasional atau berstandar internasional, melatih dan educate guru2nya, supaya jd bagus. Bukan dibiarin saja.

As parents, kalian juga harus lebih aware dengan pendidikan anak, baik di sekolah maupun tempat les.
Ada guru baru, tidak ada salahnya ditanya, apa backgroundnya. Komunikasi dengan anak juga harus baik, jadi si anak mau bercerita bagaimana suasana dan aktivitas di sekolah/tempat les.
Please be proactive. Sebelum mendaftar, cari tau yang jelas. N please cari info yang jelas kriteria internasional school, jadi ngga kena kibul.

Tips2 memilih sekolah/tempat les:
1. Beberapa kriteria Internasional School:
- kurikulum internasional, full English, tidak ngajar Bahasa Indo, certificate berlaku scr internasional, jd diakui di negara2 lain.
2. Cari tau background dari guru ( bule sekalipun)
Tanyalah, apa background si guru, dulu ngajar dmn, kuliah dmn.
3. Tanya2 kepada teman yang sudah les atau daftar duluan.
Baguskah skul/tempat les tersebut.

Semoga bermanfaat.
Liana


Selasa, 26 Juni 2012

How I Educate My Child is None of Your Business

As a mom, or parents, we often criticize the way other moms or parents educate their children.
Thinking that our way is the best.

Kalau dalam lingkungan pertetanggaan saya, mungkin para ibu bakal saling bergosip tentang si A, si B,
anak si A, anak si B.

Cara kita dibesarkan, sedikit banyak menentukan kepribadian dan cara berpikir kita. Yang pastinya menentukan cara kita mendidik dan membesarkan anak.
Pastinya sangat mengesalkan kalau ada orang yang mengkritik atau sok mengajari kita cara mendidik anak.
As if, they know better than us. Seorang ibu, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, pastinya tau apa yang terbaik untuk anak mereka. Jadi sebaiknya kita tidak berkomentar tentang itu.

Saya hampir tidak pernah memberi anak saya jajanan atau snack yang ga jelas. Dalam hati, tentunya saya mengkritik ibu yang membawakan anaknya bekal 1 bungkus besar chiki. Tapi saya ga mungkin ngomong itu ke si ibu.
Sebaliknya I will appreciate, kalau orang lain juga melakukan yang sama. Sebal sekali kalau ada yang mau kasih anak saya permen, terus saya sudah bilang: "Anak saya TIDAK PERNAH makan permen. Saya tidak memperbolehkan."
Tapi si nyonya rese ini tetap menyodorkan ke anak saya dengan sedikit memaksa.

Banyaklah, kalau kita mau jujur, hal-hal yang tidak mengena di hati kita. Tapi tiap orang punya cara yang berbeda, mereka pasti juga punya alasan sendiri, mengapa mereka melakukan hal itu.

Misalnya, ada yang suka ngasih makan anak di jalanan.

Saya tidak setuju, tapi saya diam saja, kecuali org tsb bertanya kepada saya or minta saran.
So, ladies, moms, keep your mouth shut, unless you love to be annoying person. Dan jangan melanggar "authority" dari ibu or ortu lain dengan memaksa dan  mendorong si anak untuk melakukan atau menerima makanan/benda/tindakan yang anda beri atau sarankan.


Being nice or being me?


Our family is going to have a trip to my husband's hometown. Where most of the people there speak Hokkian. And not to be able to speak Hokkian is considered flaw. Some people are also nosy and annoying.
As a wife, I know I'm expected to be nice to his friends & relatives. As a person, I can't tolerate nosy and annoying people. I tend to speak what's on my mind & give them "a piece of mine".

So, it's kinda controversy to me. 1 side, I should be a better, nicer person.
Other side, I should just be me.
Lagian, memang ada orang2 tertentu yang perlu mendengar "apa adanya" without sugarcoat.
Dan ada orang tertentu yang super annoying, sarcasm is the only way to get rid of them.

Saya sering mendengar orang bilang kalo saya itu judes, blak-blakan, dll.
I know that those are not the best qualities of a person. Some people would suggest to change and be nicer.
However, those considered flaws by most people, are not flaws to me.
In my opinion, those are my strongpoints, HAHAHA. So, I'm not willing to change it.
Beside, these characteristics are like parts of me, what make me who I am. If I change it, then who will I be?
Better version of me but not real me, I think.


Final decision, considering my husband, I will try to be in my best behavior there. But if they start to supper annoy me, then,... you know. Hahahahahahhaha